Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah dia menghormati tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Mari kita renungi bersama Firman-Nya :
QS. Al-Hujurat : 10-13
Ayat 10 :
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”
Ayat 11 :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”
Ayat 12 :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”
Ayat 13 :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Hadits :
Rosululllah SAW bersabda :
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah laksana bangunan yang saling menguatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sahabat saudaraku yang dimuliakan oleh Allah SWT, begitu besar karunia yang telah diberikan Allah SWT kepada kita semua berupa nikmat Iman dan Islam. Dengan nikmat Iman-Islam yang masih kita pegang ini, kita semua bisa bersatu padu dalam jamaah yang memiliki 1 ikatan frekuensi yang kuat yakni aqidah Islamiyah. Semoga ikatan ini bisa menghantarkan kita semua kedalam Jannah yang diridhoi-Nya. Amiin
Shalawat dan Salam kita curahkan kepada Suri teladan kita, penyempurna Akhlak Manusia sehingga mulia disisi Allah SWT yaitu Nabi Akhir Jaman Nabiyullah Muhammad SAW, tidak lupa kepada para Keluarganya yang terus mendukung, Kepada Sahabatnya yang terus bersama-sama berjuang, sampai kepada kita semua yang sekarang ini masih istiqamah mengikuti sekaligus melanjutkan risalahnya. Amiin YRA.
Sahabat Saudaraku, dalam makalah ini saya akan mencoba berbagi ilmu tentang pentingnya menjaga lisan kita yang dapat menjerumuskan kepada neraka Allah SWT, salah satu dosa lisan kita yang dapat menjerumuskan kepada api neraka yaitu Ghibah dan Namimah. Sifat ini merupakan Perbuatan tercela yang bisa mengakibatkan bagi pelakunya ketika di dunia akan diajuhi banyak teman dan kelak di yaumil akhir akan dimasukan ke dalam Neraka-Nya.
Semoga sahabat semua setelah membaca makalah ini bisa menambah motivasi dan wawasan yang bermanfaat sehingga bisa menjadi Akhlak Terpuji bagi kita semua supaya terhindar dan menjauhi akhlak tercela ini yaitu Ghibah dan Namimah.
Mari sahabat semua kita pelihara dan jangan kotori lisan dengan perbuatan tercela ini, tapi jagalah dan pelihara lisan kita dengan memperbanyak Dzikir, Tilawah Qur’an, dan tentunya amal sholeh yang besar yaitu dengan memperbanyak Saling Menasehati dengan Kebenaran dan Kesabaran atau Dakwah bil Lisan.
Ingat Sahabatku, mari kita Jaga lisan ini dari Dosa Ghibah dan Namimah.
Rosulullah SAW pernah mengingatkan kita, kalau kita tidak mampu berbicara yang baik dan benar maka lebih baik diamlah, diamlah, diamlah...........”
Wassalam
"Ghibah dan Namimah"
Allah SWT telah menetapkan tercelanya Ghibah dalam Al-Qur’an dan mempersamakan pelakunya dengan Pemakan Bangkai.
Allah SWT Berfirman :
QS. Al-Hujurat : 12 :
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”
Rosulullah SAW bersabda : “Setiap muslim atas muslim yang lain haram darah, harta dan kehormatannya.”
Dalam hadits lain Rosulullah SAW bersabda : ”Berhati-hatilah kalian terhadap ghibah karena ghibah itu lebih buruk daripada zina.
Jika seorang berzina lalu bertobat kepada Allah SWT, Allah pasti mengampuninya. Sedangkan pengunjing tidak akan diampuni sebelum orang yang digunjing itu memaafkan.
Para ulama berkata : “Perumpamaan orang yang menggunjing orang lain seperti orang yang memasang ketepel. Ia membidik ke kanan dan ke kiri. Demikianlah ia melemparkan kebaikan-kebaikannya”.
Rosulullah SAW bersabda : “Orang yang menggunjing saudaranya berarti menginginkan kejelekannya. Pada hari kiamat Allah menghentikannya di atas Jembatan Jahanam hingga keluar apa yang pernah dikatakannya.”
Selanjutnya dalam sabdanya, “Ghibah itu adalah engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang hal-hal yang tidak disukainya, baik tentang kekurangan pada tubuhnya, nasabnya, perbuatannya, perkataannya, agamanya maupun dunianya; hingga tentang pakaiannya, jubahnya, dan kendaraannya.”
Para ulama salafi (terdahulu) menyebutkan, bahkan kalau kita mengatakan bahwa si Fulan pakaiannya panjang atau pendek, itu pun ghibah. Apalagi jika kita menyebutkan sesuatu yang tidak disukainya.
Diriwayatkan, seorang perempuan pendek datang kepada Nabi SAW, untuk menyampaikan beberapa keperluannya. Ketika ia keluar, ‘Aisyah r.a berkata, “Betapa pendeknya........”.Beliau segera bersabda.”Engkau telah menggunjingnya,’Aisyah!”
Sahabat, mari mulai detik ini juga kita jaga persaudaraan dan ukhuwah dengan menghindari ghibah diantara kita, agar kebersamaan ini terjaga dan terpelihara dari perpecahan umat. Namun, yang harus kita bangun sekarang ini adalah sifat yang bisa menjadikan kita lebih kuat, kokoh seperti tubuh yang satu atau seperti bangunan yang saling menguatkan dalam ikatan yang suci murni sehingga terjalin hubungan yang harmonis dengan penuh kasih sayang.
Kita maksimalkan semua potensi kita untuk beramal sholeh sehingga tercipta sebuah karya nyata yang akan menjadi sejarah baru dalam kehidupan kita.
Mari kita Tinggalkan Ghibah dan budayakan 4 T diantara kita yaitu : Tafahum (saling memahami), Ta’aruf (saling mengenal), Ta’awun (saling menolong) dan Tawassau (saling menasehati).
Tentang tercelanya Namimah, Rosulullah SAW bersabda :”Bahwa seburuk-buruk manusia pada hari kiamat adalah orang yang berwajah dua, pengadu domba, yaitu orang yang datang kepada satu pihak dengan satu wajahnya dan datang kepada pihak lain dengan wajah yang lain. Barangsiapa yang di dunia berwajah dua, di akherat nanti ia memiliki dua lidah dari api.
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW :”Tidak akan masuk syurga orang yang suka mengadu domba”.
Ada yang menanyakan, apa hikmahnya Allah SWT menciptakan setiap makhluk mempunyai lidah yang berbicara dan yang tidak berbicara, sementara ikan tidak punya lidah sama sekali. Lantas dikatakan bahwa ketika Allah SWT menciptakan Adam AS., Allah SWT memerintahkan para malaikat agar bersujud kepadanya. Lalu mereka semua bersujud kecuali Iblis laknatullah, sehingga Allah SWT benci dan melaknatnya, mengeluarkannya dari syurga, dan mengubah rupanya. Ia diturunkan ke bumi, lalu pergi ke laut. Yang pertama dilihatnya adalah ikan. Ia mengabarkan kepada ikan tentang penciptaan Adam AS., selanjutnya ia mengatakan bahwa Adam AS. akan memburu dan mengambil binatang-binatang yang ada di laut dan di darat. Lalu ikan pun menyampaikan kabar tentang penciptaan Adam itu kepada binatang-binatang laut lainnya. Oleh karena itu, Allah SWT menghilangkan lidahnya.
Dikisahkan, ‘Amr ibn Dinar berkata : “Seorang laki-laki penduduk Medinah mempunyai saudara perempuan yang tinggal di pinggiran kota Medinah, ketika saudara perempuan itu jatuh sakit, ia mendatangi dan menjenguknya. Akan tetapi kemudian, perempuan itu meninggal dunia. Jadi, ia mengurus jenazahnya dan mengantarkannya ke makam kuburannya. Setelah selesai penguburan, laki-laki itu kembali kepada keluarga saudaranya perempuannya. Tiba-tiba ia ingat bahwa kantung yang dibawanya tertinggal di dalam kuburan. Lalu ia meminta bantuan temannya dan mendatangi kuburan itu. Mereka menggalinya dan menemukan kantung tersebut. Kemudian ia berkata kepada temannya agar ditinggalkan sendiri hingga melihat apa yang terjadi pada saudaranya. Ia mengangkat sebagian papan yang menutupi liang lahad itu. Namun, tiba-tiba ia mendapati di dalam kuburan itu ada api menyala-nyala. Kemudian setelah menutup kembali kuburan itu, ia segera mendatangi ibunya dan berkata, ‘Beritahukanlah kepadaku apa yang pernah dilakukan saudara perempuanku,’ Ibunya menjawab.’ Dulu ia suka mendatangi pintu-pintu rumah para tetangga dan menempelkan telinganya pada daun pintu itu untuk mencuri dengar pembicaraan para penghuni rumah. Setelah itu, ia menyiarkannya kepada orang lain untuk tujuan mengadu domba.’ Kini tahulah ia sebab azab kubur itu. Oleh karena itu, barangsiapa yang ingin selamat dari azab kubur, jagalah diri dari mengadu domba dan menggunjing.”
Abu al-Layts al-Bukhari pergi berhaji dengan membawa uang dua dirham di sakunya. Ia bersumpah,”Kalau saya menggunjing seseorang di perjalanan menuju Mekkah atau sekembalinya, saya akan menyedekahkan uang itu karena Allah. Ia pun pergi ke Mekkah dan kembali lagi ke rumahnya, sementara uang dua dirham itu masih ada dalam sakunya. Lalu ia ditanya tentang hal itu. Ia menjawab,”Karena berzina seratus kali lebih saya sukai daripada menggunjing satu kali,”(untuk sekedar menjelaskan betapa tercela/buruknya ghibah itu..)
Sementara itu, Abu Hafsh al-Kabir berkata :”Kalau saya tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, itu lebih saya sukai daripada menggunjing seseorang”.
Selanjutnya ia berkata, “Barangsiapa yang menggunjing seorang ulama, pada hari kiamat akan dituliskan pada wajahnya,’ Inilah orang yang berputus asa dari Rahmat Allah SWT”
Tentang ini pula Anas ibn Malik ra, meriwayatkan bahwa Rosulullah SAW bersabd : “Pada malam isra, aku melewati beberapa kaum yang mencakar wajah dengan kuku mereka sendiri dan memakan bangkai. Aku bertanya kepada Jibril, Siapa mereka itu, Jibril’? Jibril Menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia di dunia.”
Al-Hasan ra. Berkata.”Demi Allah, ghibah itu lebih cepat merusak agama seorang Mukmin daripada pemakan daging,”
Sedangkan Abu Hurairah ra. Berkata :”(Ghibah itu adalah) seseorang dari kalian melihat debu pada orang lain, sementara gunung di depan matanya tidak terlihat.”
Diriwayatkan, Salman menempuh perjalanan bersama Abu Bakar dan Umar : Ia menjadi juru masak untuk makan mereka. Lalu mereka mendatangi suatu tempat yang tidak tersedia makanan untuk mereka. Abu bakar dan Umar kemudian menyuruhnya menemui Rasulullah SAW., kalau-kalau ada makanan barang sedikit. Akan tetapi, ia tidak menemukannya. Lalu ia kembali kepada Abu Bakar dan umar. Namun, kedua orang itu mengatakan bahwa kalaupun ia pergi ke sebuah sumur, niscaya habislah airnya. Lantas turunlah ayat :
“................janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya........”
(QS. Al-Hujurat :12)
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rosulullah SAW, bersabda :” Barangsiapa yang memakan daging saudaranya di dunia (menggunjing), pada hari kiamat daging itu akan disajikan kepadanya, Lalu dikatakan,’ Makanlah ia setelah menjadi bangkai, seperti kamu telah memakannya ketika masih hidup.’Lalu ia pun memakannya”.
Kemudian Abu Hurairah ra membaca firman Allah SWT : “Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? (QS. Al-Hujurat :12)
Sementara Jabir ibn Abdillah al-Anshari ra meriwayatkan bahwa bau ghibah itu tampak jelas pada zaman Nabi SAW. Karena masih sedikit. Sedangkan di zaman kini, ghibah telah banyak dan memenuhi hidung sehingga tidak dapat dibedakan baunya. Perumpamaannya adalah seperti seseorang yang masuk ke rumah tukang samak kulit. Ia tidak dapat diam disitu sudah terbiasa makan dan minum. Mereka tidak merasakan bau itu karena bau telah memenuhi hidungnya. Demikianlah pula halnya dengan ghibah pada zaman kita sekarang ini.
Ka’ab ra berkata.”Pada beberapa buku kuno, saya membaca bahwa barangsiapa yang mati setelah bertobat dari ghibah, ia akan menjadi orang terakhir yang masuk syurga. Akan tetapi, barangsiapa yang mati dalam keadaan tetap melakukan ghibah, ia merupakan orang pertama yang masuk neraka.”
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Humazah : 1
“Celakalah orang yang suka mengumpat dan mencela.”
Maksudnya, ada siksaan keras bagi orang yang suka mengumpat (al-humazah) atau yang mencela anda di belakang dan al-humazah yang mencela kita di depan mata kita. Ayat ini turun berkenaan dengan al-Walid obn al-Mughirah yang menggunjing Nabi SAW. dan kaum muslimin di hadapan mereka. Sebab, turunnya ayat ini yang bersifat khusus bisa menjadi peringatan yang bersifat umum. Sementara itu, Rosulullah SAW bersabda : ” Berhati-hatilah kalian terhadap ghibah karena ia lebih buruk daripada zina.”
Mengapa ghibah lebih buruh daripada zina?” tanya para sahabat. ‘Seseorang berzina lalu bertobat, Allah SWT akan mengampuninya. Akan tetapi, pengunjing tidak akan diampuni dosanya sebelum orang yang digunjing itu memaafkannya. Oleh karena itu, penggunjing harus menyesali dan bertobat agar keluar dari hak Allah SWT. Kemudian ia meminta maaf kepada orang yang digunjing agar keluar dari kezalimannya,” sabda Nabi SAW.
Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Barangsiapa yang menggunjing saudaranya yang Muslim, pada Hari Kiamat Allah memindahkan kepalanya pada duburnya.”
Sahabat saudaraku, hendaklah kita segera memohon ampunan kepada Allah SWT dan bersilaturahim kepada yang haq akan perbuatan dosa kita, apabila kita pernah dan masih melakukan ghibah. Mari kita segera temui orang yang digunjing dan meminta maaf kepadanya. Sebab, Jika penggunjing itu bertobat dan menemui orang yang digunjingnya, diterimalah tobatnya. Akan tetapi, jika ia tidak memohon maaf kepada orang yang digunjingnya, tidak akan terhapus dosanya dengan tobat. Seperti halnya meninggalkan shalat, zakat, puasa, dan haji tidak terampuni dosanya dengan tobat sebelum diqadha shalat, zakat, puasa dan haji yang ditinggalkan itu.
Mari kita segera benahi diri menjadi pribadi yang bersih dan rapih. Jadikan semua perbuatan pada masa lalu menjadi pelajaran dan ambil ibrahnya. Mulai detik ini dan kedepan mari kita menjadi pribadi yang selalu memperbaiki diri, serta ber-azzam untuk siap tidak mengulangi kesalahan/dosa yang pernah kita lakukan. Sibukkan diri dengan amal Sholeh yang sudah terhampar didepan mata. “Tabaa Waaslaha” . Wallahu ‘alam.
Referensi :
- Inspirasi diri
- Buku Ziarah Ruhani Bersama “Menyingkap Hati menghampiri ilahi” karya Imam Al-Ghazali Hal : 207 (Ghibah & Namimah).
- Al-Quran & Al-Hadits